Minggu, 10 Maret 2013

CINTAKU BUKAN JODOHKU

"setelah pernikahanku usai, akankah kupertahankan suamiku ataukah aku meninggalkannya dan kembali kepada dia yang ku cinta . . .?????"

Duduk dipelaminan bersama orang yang tidak aku cintai, itulah yang terjadi pada diriku.
Dari sekian lama ku bangun cinta bersama dewa tapi tak kunjung jadi nyata tuk menjadi sepasang suami istri yang selalu ku banggakan menjadi cinta sehidup semati, yang selalu ku impikan menjadi seorang pangeran dan permansuri, seperti romeo dan juliet yang tulus cintanya, yang selalu meletakkan kebahagiaannya diatas cinta duo sejoli yang saling merasakannya.



Awalnya aku tak tahu, aku kira semua itu hanya ejekan-ejekan dari keluarga yang hanya ingin membuatku kesal dan marah-marah. Tetap saja ku mengabaikan perkataan mereka dan tak pernah ku anggap serius. Ayah dan Ibu ketika memutuskan segalanya tentang perjodohanku dan ketika semuanya sudah jelas aku baru menyadari bahwa perkataan mereka tak main-main, dan Ibu ketika memintaku untuk memberikannya keputusan tentang persiapanku untuk menikah tapi aku terus-terusan terdiam aku tak bisa melawan ataupun membantah mungkin diriku yang terlalu patuh kepada ayah dan ibu atau terlalu takut padanya.

Semakin hari semakin dekat hari pernikahanku, Dewa yang tak pernah tahu hal tentang perjodohanku karena aku tak ingin dia merasa sakit hati seperti apa yang kurasakan saat ini. 2 hari sebelum pernikahanku terjadi, aku mengajak Dewa untuk jalan-jalan seharian dengannya, membuatnya senang, dan membuat kenangan-kenangan yang mungkin tak akan dia lupakan sebelum dia mengetahui yang sebenarnya. . Dewa yang terlihat begitu sangat senang, merasa dunia ini sudah milik kita berdua, merasa bahwa aku selalu miliknya selamanya. . Tapi semua itu menjadi suram, yang tadinya langit yang cerah menjadi mendung, langit yang terpenuhi oleh bintang-bintang dan sebuah bulatan bulan menjadi sunyi, dan saat semua yang telah terjadi sebelumnya tiada arti lagi. Setelah kuberitahu deengan sejuta kata maaf dan ku ungkapkan semua dengan jujur apa yang akan terjadi tentang diriku, dia langsung meninggalkanku begitu saja dengan wajah manisnya yang begitu kusam dan mata yang indahnya menjadi berkaca-kaca mendengarkan perkataanku tadi.. Beberapa lama dia meninggalkanku tapi aku tetap saja merenungi diriku, nasibku kedepannya..

****

Rumah yang sangat ramai, hiasan-hiasan pengantin disekeliling ruangan, tenda biru dan group musik sebagai hiburan acara yang terpancar didepan rumahku bertanda bahwa ada pesta pernikahan. Para tamu undangan datang secara bergantian menjemuku. Aku yang duduk dipelaminan bersama orang tak ku kenal, tak kucintai dan tak ada apa-apanya dalam hidupku, aku yang duduk terdiam entah fikiran melayang-layang kemana aku tak tahu dan sesekali aku hanya tersenyum paksa ketika para undangan melemparkanku senyuman yang indah namun pahit untuk aku simpan dikehidupanku.

Dari kejahuan aku melihat sosok yang tak asing lagi bagiku langkahnya begitu aku kenal, gerak-geriknya seperti orang yang selalu aku rindukan dan dia berlari kearahku semakin dekat dan semakin aku mengenalinya dia Dewa. Dia berlari dan menarik tanganku meninggalkan pelaminanku, aku dibawa pergi oleh Dewa, aku ingin tinggal tapi Dewa terus-terus menarikku dengan pegangannya yang sangat kuat seakan-akan Dewa tak ingin kehilanganku dan aku ikut dengannya, aku terus berlari dan berlari tanpa henti nafasku yang terengah-engah tak ku hiraukan lagi karena begitu senangnya diriku yang menyelamatkanku.. Tapi tiba-tiba ada ayah menangkapku dan kembali memegang di tangan sebelahku aku berhenti dan menatap Dewa begitu dalam dia terlihat menangis,, " Nak kenapa bengong saja itu banyak tamu" ayah menegurku ternyata itu hanya hayalku saja, dihapanku sedang mengantri para undangan untuk bersalaman..  

Semakin lama para undangan semakin berkurang, orang yang kuharapkan tak kunjung datang dan tak ada tanda-tanda sedikit pun. Aku semakin sedih, hatiku semakin sakit tanpa kehadirannya, dan aku yang tetap terduduk diam memerhatikan para undangan yang sedang asyik makan dan berrbincang-bincang dengan para undangan lain.

Terdengar suara lakilaki yang sedang bernyanyi dari arah surah group musik yang tak lazim lagi aku dengarkan, pandanganku ke arah suara itu dan ternyata itu Dewa yang sedang bernyanyi, ku cubit lenganku dan pipiku hingga perih berharap ini bukan cuman hayalan saja, dan ini semua nyata. Dewa yang sedang menyanyikan lagu yang judulnya "Kehilangan" membuatku menangis, aku yang ingin mendekatinya seakan-akan aku terikat bersama kursi. Aku yang hanya terus memandanginya ada kebahagiaan yang tersirat namun kesakitan mendahulianya, aku menunggu hingga usai bernyanyi kupandangi terus dirinya hingga akhirnya mendekatiku, menyalamiku, memberiku ucapan. Aku yang tak bisa menahan air mata yang terus-terus'an mengalir dan memeluk si Dewa begitu erat hingga semua orang memandangiku, entah apa yang sedang mereka fikirkan tentang kita berdua begitupun ayah dan ibuku.

bersambung......

2 komentar:

  1. Postingan yang bagus... Aku hampir memiliki kisah yang sama hanya bedanya aku hidup dimasa yang salah dengan perasaan yang benar atau di masa yang benar dan perasaan yang salah...

    BalasHapus
  2. Hemm.memang menyakitkan ktika kita dijodohkan pdhal kita sudab memiliki cinta sndiri.diriku pun juga sama sprti itu.rasanya tak bisa diungkapkan.begitu pilu di dada.

    BalasHapus